Indonesia Negara Tercepat Penyebaran Virus HIV/AIDS
Salemba, Jakarta Pusat. Peringatan harii HIV/AIDS sedunia dimanfaatkan oleh para alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ( FKUI ) tahun 1975 untuk mengadak seminar mengenai HIV/AIDS. Indonesia merupakan negara tercepat dalam peningkatan kasus HIV di Asia.
"Untuk mengurangi penyebaran virus H5N1 atau lebih dikenal dengan HIV/AIDS penduduk di Indonesia harus mengubah perilaku. Perubahan prilaku tersebut diantaranya adalah berhenti melakukan hubungan seksual yang tidak aman, berhenti menggunkaan narkoba, menggunkan kondom 100% konsisten dan menggunakan jarum suntik steril untuk satu orang" tutur Prof. dr. Samsulridzal Dzauji (pemerhati HIV/AIDS Indonesia), salah satu pembicara diseminar tersebut.
Perjalana penyakit HIV/AIDS yaitu adanya masa jendela selama 3 bulan, masa timbulnya gejala klinis pada AIDS lama berkisar 5-10 tahun dan bila timbul gejala klinis sudah dalam stadium lanjut akan meninggal dalam 6 bulan sampai 2 tahun.
Untuk itu ada baiknya kita melakukan tes laboratorium HIV untuk menjegah kemungkina terkena virus mematikan tersebut. Karena, keterlambatan deteksi dapat mengakibatkan hilang kesempatan untuk penjegahan penularan lebih lanjut dan menghilangkan kesempatan untuk memulai terapi sesuai dengan pedoman WHO.(kc)
"Untuk mengurangi penyebaran virus H5N1 atau lebih dikenal dengan HIV/AIDS penduduk di Indonesia harus mengubah perilaku. Perubahan prilaku tersebut diantaranya adalah berhenti melakukan hubungan seksual yang tidak aman, berhenti menggunkaan narkoba, menggunkan kondom 100% konsisten dan menggunakan jarum suntik steril untuk satu orang" tutur Prof. dr. Samsulridzal Dzauji (pemerhati HIV/AIDS Indonesia), salah satu pembicara diseminar tersebut.
Perjalana penyakit HIV/AIDS yaitu adanya masa jendela selama 3 bulan, masa timbulnya gejala klinis pada AIDS lama berkisar 5-10 tahun dan bila timbul gejala klinis sudah dalam stadium lanjut akan meninggal dalam 6 bulan sampai 2 tahun.
Untuk itu ada baiknya kita melakukan tes laboratorium HIV untuk menjegah kemungkina terkena virus mematikan tersebut. Karena, keterlambatan deteksi dapat mengakibatkan hilang kesempatan untuk penjegahan penularan lebih lanjut dan menghilangkan kesempatan untuk memulai terapi sesuai dengan pedoman WHO.(kc)
